Mulai dari diri - Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak
momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat dirasakan dan dapat memengaruhi diri di masa sekarang
Masa sekolah adalah masa yang sangat membahagiakan jika sedang diingat, meskipun ada masa di sekolah mulai TK, SD, SMP, SMA, S1, S2 mengalami kejadian yang emalukan, menyedihkan, mengecewakan. Tetapi, dari semua masa tersebut pada umumnya sangat membahagiakan dan banyak pembelajaran yang bukan hanya tentang ilmu pengetahuan tetapi juga pembelajaran sosial dan tentang kehidupan.
Sebuah masa yang masih melekat kuat diingatannya saya, meski telah berjalan 28 tahun lamanya yaitu di mana usia saya saat itu 10 tahun. Saya saat itu masih duduk di kelas 4 SD, saya mendapat guru IPA baru yang sangat tegas tetapi sangat menarik seklai pembelajarannya. Beliau mengajar dengan sangat berbeda dari guru IPA di kelas saya sebelumnya, banyak sekali praktek yang membuat saya suka belajar di kelas IPA.
Tetapi, semua itu tiba-tiba menurunkan motivasi saya belajar karena suatu kejadian di mana saat pembelajaran IPA di jam pagi, bahan-bahan praktek saya tertinggal di rumah. Guru saya marah dan meminta saya lari keliling lapangan 3 kali dan tidak mengijinkan saya masuk ke kelas. Hal ini tentu saja tidak hanya membuat saya sedih dan malu, tetapi juga merasa tidak adil karena dari semua tugas beliau saya selalu mengerjakan dengan baik. Hanya dengan satu kesalahan saya ketinggalan saat berangkat, hukuman ini saya rasa tidak adil menurut saya saat itu. Saya jadi membenci guru saya, saya jadi membenci guru IPA saya saat itu dan tidak bersemangat setiap ada pembelajaran IPA di sekolah. Saya, kembali menyukai IPA setelah kelas 6 saya mendapat guru yang sangat baik, metode pembelajarannya mungkin tidak semenarik Ibu guru di kelas 4 tetapi beliau sangat baik mengajarkan IPA pada kami baik saat kami bisa, tidak bisa, salah, benar beliau memahami kami dengan baik. Sehingga kami semua merasa nyaman belajar di kelas IPA.
Saat usia 18 tahun, saat menjelang Ebtanas saya justru sibuk privat mata pelajaran PPKn. Dari semua teman di kelas IPA, hanya saya yang belajar privat mata pelajaran PPKn, teman-teman lain sibuk belajar matematika/biologi/fisika/kimia. Selama sekolah, saya tidak pernah begitu tertarik dengan mata pelajaran PPKn karena guru-guru saya hanya meminta kami merangkum, menghafal dan mencatat. Berbeda dengan guru PPKn saya kelas 3 SMA namanya Ibu Eni, beliau selalu menghadirkan pembeajarn PPKN seolah kami adalah orang dewasa yang sedang di gedung MPR, mengajak kami menganalisis, belajar berdebat, berpidato, cerdas cermat dan banyak lainnya. Pembelajaran yang membangkitkan rasa ingin tahu dan penuh dengan keseruan membuat saya sangat kagum dengan Ibu Eni. Performance Ibu Eni yang cantik, penuh senyum dan selalu merespon kami dengan baik, dan hangat sangat membuat kami merasa nyaman bertanya tetapi sangat menghormati beliau.
Ketika menjelang ebtanas, saya memohon kepada beliau untuk mendapat privat PPKN, semakin kagum atas apa cara Ibu eni membelajarkan PPKN menjadi sebuah mapel yang bukan sekedar hafalan, saya menemukan strategi dalam menjawab soal PPKN yang selalu membuat saya mengantuk ketika membaca soal. Dan, Nyata saya menerapkan semua itu ketika ebtanas dan mata saya seperti dengan mudah membaca soal-soal dan seolah semua kunci terlihat jelas. Dari beberapa nilai Ebtanas yang telah saya dapatkan beberapa mapel nilai 9 yaitu matematika, fisika, kimia, tetapi ada satu nilai yang membuat saya terharu yaitu PPKN dengan angka 8. Saya bangga dan menghargai proses tersebut dan memeluk Ibu Eni untuk hasil ini.
Peran Guru dalam Trapesium Usia
Guru bagi saya tidak hanya guru di sekolah, guru saya adalah orang tua, guru dan dosen yang telah mendidik saya. Trapesium usia mulai masa sekolah hingga masa aktif kerja, sangat di pengaruhi peran-peran guru tersebut. Saya memilih profesi sebagai guru, juga sangat dipengaruhi sosok orang tua (ayah) yang juga seorang pendidik, karakter masing-masing guru yang mengajar di masa sekolah dan dosen di masa kuliah memberikan saya andil dalam bagaimana saya melakukan peran saya sebagai pendidik. Tentu saja, tidak semua yang ada dalam diri saya adalah hasil didikan guru-guru tersebut.
Beberapa bagian dari saya muncul dari pemikiran dan karakter saya, sebagai pendidik saya sangat terinspirasi untuk bisa mengajar dengan metode yang menarik seperti ibu Eni, kedekatan beliau kepada anak didik nyatanya tidak menghilangkan rasa hormat kami. Justru itulah yang membuat beliau mudah memahami kami, dan kami nyaman belajar dengan beliau. Pembelajaran dan pembiasaan baik yang di contohkan dan di soundingkan guru dan dosen kami melekat hingga kini dan membentuk etos kerja kami.
Guru, Murid, Belajar, Makna
Guru adalah penuntun belajar penuh makna kepada murid agar mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat
Respon murid menjadi refleksi guru dan memberi makna agar guru bisa dan terus mau belajar menjadi sosok teladan terbaik siswanya
Belum ada Komentar untuk "Mulai dari diri - Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak "
Posting Komentar